Saya akan coba menyebutkan secara spontan—siapa saja nama pahlawan Indonesia jaman dulu; yang laki-laki ada Pattimura, Imam Bonjol, Hasanuddin, dll. Kalau yang perempuan ada Cut Nyak Dien, lalu mmm… Cut Mini. Eh bukan ya?? Saya kok lupa ya. Jaaah…, malu saya.
Kenapa saya bisa lupa sama pejuang atau pahlawan dari Indonesia sendiri?? Parah banget. Apa Anda mengalami itu juga?? Bayangkan, saya tahunya malah Superman, Batman, Pahlawan Bertopeng, Ultraman, Voltus, Power Ranger dan sejenisnya—yang semuanya adalah produk industri dan besar karena media. Sial!! Tulisan ini bukan curhat tapi ajakan untuk berkontemplasi, melihat wajah kita sendiri—generasi muda yang lupa dengan semangat nasionalismenya.
Sempat saat chat saya menanyakan kepada seorang teman yang kebetulan blogger juga. “Nama pahlawan yang kau kenal ada berapa? bisa sebutkan??”, pinta saya. Dia berpikir sejenak lalu mengetikkan nama-nama pahlawan yang ingin saya tahu itu. “Ada Ahmad yani, Tendean, WR Supratman, DI Panjaitan, Yos Sudarso, Bung Hatta, Bung Karno, Syahrir, Supriyadi, DN Aidit, Sisingamangaraja, Diponegoro, Jaka tingkir, Bung tomo, Hasanudin, Pangeran Antasari, Imam Bonjol, Sultan Ageng Tirtayasa, Dewi Sartika, Martina Martha Tiahahu, Kartosuwiryo. Itu yang pas kebetulan ngelintas aja”, tegas dia. Widiiih, banyak sekali. Kenapa saya cuma bisa inget empat nama saja yaa?
Selanjutnya saya menanyakan lagi beberapa teman yang sedang online. “Eh, cita-citamu apa saat kecil? Saat masih berumuran TK atau SD gitu?”. Jawabannya variatif, ada yang klise, konyol, tapi ada juga yang seriusan. Orang pertama menjawab; “saya ingin jadi pilot”. Orang kedua, “saya ingin jadi pensiunan soalnya bisa nggak usah kerja tapi dapat duit”. Orang ketiga mengatakan; “ingin jadi desainer mobil, soalnya saya suka nggambar mobil di buku saat masih SD dulu”. Dan orang terakhir menjawab tegas; “berguna bagi nusa dan bangsa”.
Kok nggak ada yang ingin jadi pahlawan sih (termasuk saya). Cita-cita saya suka berubah dari kecil hingga dewasa. Tidak konsisten. Begitu bahasa kerennya. Selalu berubah-ubah seiring waktu berjalan. Mungkin karena faktor tidak pede kali ya. Saya tidak pernah tertarik dengan cita-cita klise—bocah kecil sebaya saya—macam dokter, arsitek, dan sebagainya. Saya tertarik untuk jadi kura-kura ninja, jadi Tintin sang petualang, atau jadi pelukis kayak Leonardo Da Vinci.
Ehm…, saya kemudian mengambil hipotesa awal. Kalau sejak dini seorang bocah tidak kenal dengan pahlawannya, bagaimana kalau besar nanti?? Pernahkan Anda berpikir seperti ini?? Okelah, biarkan mereka (baca: bocah-bocah itu) bercita-cita sesuai dengan keinginannya tapi jangan lupa kita juga punya kewajiban untuk mengarahkan, mengenalkannya kepada pejuang—dari negeri sendiri. Bukan pahlawan jagoan dari negeri dongeng atau negeri impian yang dilahirkan oleh media itu. Jadi jangan sampai ada yang mirip nasib saya. Mari kita beri perhatian lebih kepada mereka.
Selamat mengenang (kembali) hari pahlawan. Sudahkah Anda buat posting tema ini??
Salam kreatif!!
Sumber :
No Response to "Ijinkan Aku Jadi Pahlawan"
Posting Komentar